Home » , » Cerpen Remaja

Cerpen Remaja



Rintikan Hujan di Kota Itu


Karya : Hendri Cahyani

   Namaku Yasmin Masaya. Aku terbiasa dipanggil Yayas. Kini aku duduk dibangku SMA. Tepatnya kelas 2. Orang bilang inilah masa-masa indah. Karna tak lama lagi aku genab berusia 17 tahun. Sweet seventeen katanya. Selain itu juga baru mengenal yang namanya "CINTA". Yaaa...Cinta... Hal yang biasa bagi orang-orang disekitarku. Namun begitu istimewa dihatiku hingga ia sanggup menggetarkan hatiku. Dan itu masih begitu asing dibenakku.
Bulan ini,untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku dinegri orang. Tepatnya di kota Hiroshima,Jepang. Entah mengapa aku begitu terobsesi dengan kota ini. Kota yang penuh sejarah dan kota yang begitu ingin kududuki untuk menimba ilmu. Keputusanku sungguhlah besar. Untuk sebait tulisan lulus dari High School of Hiroshima,aku melupakan sejarah besar tentang tragedi pengeboman kota ini.
Tak terasa rintikan hujan membasahi pipiku. Ketika aku duduk dibangku sudut sekolah. Untuk pertama kalinya aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku tak tau apa itu. Entahlah,namun ini bermula saat aku mendapatkan sapaan hangat darinya. Yaaa...salah satu murid yang ada disekolahku. Orang itu tiba-tiba duduk disampingku,dengan sopan dan lembut iapun memuji alam sekitar dimana kita tengah duduk. Memang sih begitu indah gumamku. Sebab aku tidak begitu paham dengan apa yang ia katakan,aku hanya mengangkat jempol. Pertanda like aku berikan. Tak kusangka ia memberi respon baik padaku. Ia tersenyum manis dengan mengangguk serasa dia tau aku tak begitu mengerti bahasanya. Karna saat itu dia menggunakan bahasa ibunya. Tak berapa lama akupun terkejut. Ketika dia berkata menggunakan bahasaku. Bahasa Indonesia. Dengan menanyakan siapa namaku? Berapa usiaku ? Namun sebelum aku menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Dia telah berhasil membaca ID card yang aku kenakan. Ia membaca perlahan dengan khas suaranya. Dan ketika aku berkata :
"I'm seventeen years old."
Dengan mukanya yang terkejut serasa tak percaya,entahlah apa yang ada dibenak fikirannya. Mungkinkah ia mengira aku sudah terlalu tua. Karna sebelumnya ia menganggapku telah berusia 20 tahun. Yaa...memang terlihat tua mukaku. Dengan kepercayaan dirinya dia langsung menyebutkan nama dan umurnya. Akupun dengan senyum polos membalas perkataannya. Meskipun dalam hati berkata.
"Siapa yang nanya"
Tak berhenti sampai disini ceritaku. Malam harinya kuceritakan pada sahabat karibku. Namanya Ani,gadis manja yang penuh dengan cinta. Namun ketika usai kuceritakan tentang apa yang aku alami,dia hanya tertawa. Huft. Cape' deh.
Keesokan harinya,ketika sang fajar mulai mengepakkan sayapnya. Tak kusangka sekali lagi aku bertemu dengannya.
"Yaa orang yang begitu pd. Apakah dunia ini memang begitu sempit sehingga aku harus selalu bertemu dengannya." gumamku.
Dengan nada ceria iapun langsung menyapa dan mengucapakan:
"Selamat pagi". Katanya.
"Pagi". Jawabku.
Dan dengan wajah bahagia,langsung ia angkat tangannya seraya berkata:
"Semangat"
Tanpa berfikir panjang karna saat itu aku memang tak bisa berfikir logis. Thank kyu saja yang keluar dari mulutku.
Detik demi detik berlalu. Dan lama kelamaan berganti dengan hari. Perasaanku yang cuekpun kini berganti dengan penuh perhatian. Ucapan selamat pagi dan semangat yang selalu ia berikan setiap hari itu benar benar tertanam dibenakku. Dan telah mampu menembus relung hati ini. Kini perasaanpun jauh berbeda. Dari perasaan yang tidak mau tau. Aku mulai memperhatikannya dan terkadang aku yang lebih dulu memberikan sapaan dan ditambah dengan ucapan semangat padanya.
Tak segan-segan iapun langsung mengajak tos. Disaat itu juga jantung,darah dan denyut nadiku tak terkoordinir dengan baik. Lebih kencang desirnya dengan penuh bunga-bunga
Haripun berubah dengan seiring perubahan sikapnya. Entah itu hanya perasaanku saja. Atau memang itu kenyataannya. Meski ia masih ramah. Tapi aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Dan ternyata melingkarlah cincin dijari manisnya. Hancur,remuk dan benar-benar tak tersisa di hati ini. Hanyalah ada rasa bimbang,kacau dan sakit yang mendalam. Akupun langsung berlari jauh darinya bersamaan dengan air mata yang bercucuran. Dan diapun hanya bisa melihatku dengan penuh penyesalan. Untuk yang kedua kalinya rintikan hujan ini membasahi tubuhku seraya ia mengerti apa yang aku rasakan. Pertemanan kita tak berhenti sampai disini. Kami tetap saling berbagi meski rasa hati telah tak memungkinkan untuk itu.
Hari ini hari terakhir aku berada dikota ini. Kota yang penuh kenangan dan rasa haru tentang perasaanku. Saatnya aku harus kembali ke Negeri tercintaku. Negeri Indonesia. Dimana aku telah melukiskan banyak kisahku disana. Akupun mulai mengemasi apa yang harus aku bawa pulang. Tak kusangka sebelum aku berpamitan dia telah meninggalkan aku terlebih dahulu. Aku tak kuasa menahan tangis karna mengapa dia pergi tanpa memberi tahu aku terlebih dahulu dan dia pergi disaat keberangkatanku kembali ke Indonesia. Tak ada satu katapun yang sempat terucap. Ketika pesawat yang aku naikki telah diatas awan. Tak kusangka air mata ini menetes. Benar-benar kecewa dengan perbuatannya. Hanya harap dan doa semoga dia bahagia dan bisa melanjutkan cita citanya. Akupun berharap suatu hari nanti kami bisa bertemu lagi dalam rintikan hujan di kota yang sama dan aku bisa melanjutkan perguruan tinggi di kota itu.
Lima tahun berlalu. Kini aku telah menjadi sarjana muda Fakultas Hukum dari university ternama di Yogyakarta. Yaa...kalian pasti mengetahuinya. UGM. Sebuah universitas yang banyak diminati orang bahkan dari luar negeri. Dan aku beruntung bisa menuntaskan pendidikanku disana. Aku berniat melanjutkan pendidikanku ke Belanda. Seperti orang ahli hukum tau. Semua Kitab Undang-Undang milik Indonesia itu adalah peninggalan Belanda. Jadi aku memutuskan untuk lebih mendalami bagaimana sebenarnya hukum itu.
Tahun ini rencananya aku akan segera pergi kesana. Dan tuhan mengizinkan itu. Aku sekarang telah berada di Negeri yang penuh dengan kincir angin. Sebelum aku memasuki tahun ajaran dikota ini aku masih memiliki waktu sekitar 2 minggu. Dan kota yang pertama aku ingin lihat adalah Amsterdam.
Dengan rasa semangat yang tinggi aku mengunjunginya. Entah mengapa,ketika aku menginjakkan kakiku dikota ini aku langsung merasa damai. Seketika itu aku langsung terduduk,terdiam dan membisu. Aku benar-benar merasakan kedamaian disini. Tiba-tiba ada seorang anak kecil menghampiriku. Kira-kira berusia tiga tahun. Seperti kita memiliki ikatan batin sehingga dia langsung memelukku. Bahkan akupun tak tau siapa dia. Namun,dengan ramah akupun mengajaknya bermain. Aku anggap ia seperti anak sendiri. Kenyamananku dengan anak ini begitu dalam. Kutanyai namanya.
"Aight". Jawabnya.
Disaat itu tak ada yang kurasakan berbeda.
Tiga puluh menit kemudian datanglah seorang lelaki seusiaku. Dia mengintai dari kejauhan. Apa yang ada dibenakku. Aku langsung menatap kelain dia berada. Langsung kupeluk Aight seperti kumemeluk anakku.
Tiba-tiba.
"Yayas,kaukah itu" ada suara laki-laki serasa berbicara kepadaku.
Dengan penuh keraguan akupun menoleh.
"Taigher"dengan sedikit terbata-bata aku menjawab orang tersebut.
Air matakupun menetes dengan seketika. Yaa...dia...dia lelaki yang aku sayang. Dia lelaki yang telah membuatku menangis dibawah hujan dikota itu. Mengapa kami dipertemukan disini. Aku penuh tanya. Mengapa? Mengapa Tuhan? Belum jauh pertanyaanku tiba-tiba gadis kecil yang semula aku peluk berkata:
"Papaaa" dengan bahagianya
"What? Dadi? It's your children?
"Iya yayas" dia anakku.
Aightpun menghampirinya,dan ayah dari anak itupun memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Yas,aku ingin kita bertemu lagi. Dan ingin kujelaskan semua ini. Karna selama ini aku berasa mati Yas. Aku merasa setiap hari nyawaku telah dicabut dan dikembalikan. Lima tahun kujalani hari dengan menderita Yas. Aku mohon beri aku kesempatan untuk menjelaskan semua ini. " diapun ikut meneteskan air mata.
Aku tak bisa berkata apa-apa dan aku hanya mengangguk dengan penuh rasa sesak dalam dada.
"Yas,ini contactku. Please hubungi aku." Pintanya.
Lelaki itupun langsung pergi meninggalkanku. Gadis kecil yang ia gendong tersenyum manis padaku. Masih dengan air mata akupun membalas senyumannya. Setelah mereka berada jauh dariku akupun langsung terduduk terdiam. Aku merasa sangat hancur. Lelaki yang aku cintai telah menikah. Selama ini orang yang selalu aku rindukan. Aku harapkan,ternyata ia tak memberi kesempatan padaku sesikitpun. Aku tak mampu berfikir jernih. Hanya tangis,air mata,dan rasa sesak yang menemaniku. Apa yang aku rasakan. Aku tak mampu untuk mengungkapkan. Dia begitu tega padaku. Selama lima tahun aku berharap kan bertemu dengannya. Dan saat itu kita bisa hidup bersama. Tapi apa yang aku dapat. Kenyataan yang begitu pahit. Aku ingin marah. Marah. Tapi pada siapa harus kulampiaskan semua ini. Harus pada siapa ku mempersalahkan. Ini bukan salah Tuhan,bukan salah dia. Tapi ini salahku. Salahku yang terlalu berharap. Salahku yang telah memberikan hatiku padanya. Ini salahku. Salahku Tuhan. Hingga air matakupun telah habis untuk menangisinya. Aku sudah tau waktu itu telah melingkar cincin. Tapi mengapa? Mengapa aku masih berharap? Mengapa aku masih menunggu? Mengapa aku terlalu bodoh untuk itu? Mengapa? Semua pertanyaan mengapaku tak satupun aku mendapatkan jawaban dari hal itu. Aku putuskan untuk pulang ke hotel dimana aku menginap agar aku bisa lebih menenangkan fikiranku.
Malam ini menunjukkan pukul 11.05 pm..akupun belum bisa tertidur karna hatiku masih terasa sakit. Sisa-sisa hujan dikota itu masih tersisa dan bertambah dengan kejadian tadi. Perlahan kubuka sakuku yang bajunya aku pakai tadi. Kulihat kartu nama orang yang aku cintai. Aku hanya meneteskan air mata. Aku bingung haruskah aku menghubunginya. Ataukah tidak. Ku beranikan mengambil hendphoneku untuk menghubunginya. Setelah beberapa dering telphone berbunyi akhirnya diangkat juga.
"Siapa." katanya
"Aku" jawabku asal.
"Owh Yayas. Aku udah nungguin dari tadi Yas. Gimana kabarmu? Ku kira kamu tidak mau menghubungiku lagi."
"Enggak." jawabku.
...
Setelah beberapa lama berbincang,meski aku berbicara dengan terbata-bata. Akhirnya kami janjian besok malam akan bertemu di sebuah Cafe di dekat dimana tempat aku menginap. Pukul 07.00 pm,pintaku. Iapun dengan segera langsung mengiyakan. Karna ini telah terlalu malam sang waktupun telah menunjukkan pukul 01.30 am,kamipun mengakhiri pembicaraan.
Pukul 07.00 pm tepat. Aku sudah berada ditempat dimana janjianku.Benarkah? Sebait pertanyaan terlintas difikiranku. Aku tak menyangka tempat yang ia pesan begitu indah. Begitu mengagumkan dan begitu romantic. Tak menunggu lama seorang lelaki telah berada disana. Langsung kuhampirinya seraya berkata :
"Hay Taigh."
"Hay Yayas,kamu sudah datang. Silahkan duduk." sembari mengangkat kursi pertanda memberi aku tempat.
"Apaan sih,sok romantic. Hehehe." Ucapku untuk mencairkan suasana.
Diapun hanya tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan.
"Yas,aku ingin berbicara serius padamu. Sebenarnya aku telah lama mengagumimu. Aku memiliki perasaan padamu yas. Namun,diwaktu itu ketika aku ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Aku telah salah paham Yas. Kamu dekat dengan sahabatku yang sudah aku anggap saudaraku sendiri Yas. Aku terpukul waktu itu. Aku sakit . Aku tak terarah Yas. Yang aku fikirkan saat itu hanya kamu telah menjadi miliknya dan aku disini sendiri Yas. Tanpa kamu ketahui Anipun berusaha menenangkanku Yas,dia memberikan perhatiannya padaku dan berusaha mengobati luka dihatiku. Tetapi tidak pernah berhasil. Maafkan aku Yas,maafkan kebodohanku. Aku begitu menyesal. Karna waktu itu hanya kekecewaan Yas. Dan asal kamu tahu,ketika aku bersama-sama dengan Ani. Tiada yang lain hanya kamu dihatiku yas,hanya kamu. Hanya kamu yang aku fikirkan. Hanya kamu yang bisa membuatku ditakuti oleh bayang-bayang Yas. Aku memutuskan pergi waktu itu untuk menenangkan diri Yas. Agar aku bisa lebih tenang dan aku lebih merasa baik Yas. Tapi semakin aku menenangkan diri aku semakin hancur Yas. Dan Ani,dia yang berusaha membangkitkanku. Segala upaya telah dia lakukan. Tapi hanya ada kamu. Kamu dan hanya kamu Yas. Setelah Aight lahir,sahabatku itu baru mengatakan padaku. Bahwa dia dekat denganmu waktu itu hanya karna kalian ingin memberikan kejutan padaku. Aku menyesal Yas. Aku bingung lalu aku putuskan untuk mengejarmu ke Indonesia. Setelah kutemukanmu dan aku tau kamu dimana. Aku takut mau berkata ini Yas. Aku masih trauma untuk semua ini. Aku takut kau tak akan menghiraukanku. Aku hanya bisa menjagamu dan mengawasimu dari kejauhan Yas. Aku takut kau akan memandangku sebelah mata. Terlebih sekarang aku telah ada Aight. Aku sayang sama kamu Yas. Akupun sayang pada Aight. Ketika aku mendengar kamu ingin ke Belanda. Aku langsung mempersiapkan diriku kesini Yas. Pertemuan ini bukanlah karna ketidak sengajaan Yas. Tapi telah begitu lama aku mempersiapkannya. Tapi aku tak tau secepat ini aku akan berbicara padamu Yas. Dan akupun tak tau Aight akan menghampirimu waktu itu. Aku menyayangimu Yas. Aku sangat mencintaimu. Aku tak bisa melupakanmu. Itulah mengapa aku mengejarmu Yas. Aku sayang kamu Yas." Sambil meneteskan air mata dan memegang tanganku iapun menjelaskan semua ini.
"Lantas Aight?" Tanyaku
"Aight anakku Yas. Dia anakku dengan Ani. Maaf yas aku begitu bodoh waktu itu. Aku hanya ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan. Tapi aku tak pernah mencintainya Yas. Aku tersiksa Yas ketika aku bersamanya. Tapi kamu tak pernah mengetahui hal itu. Maaf Yas."
"Ani?"
"Iya Ani Yas. Dia mendekatiku waktu itu menenangkanku Yas,dia memberikan perhatiannya padaku dan berusaha mengobati luka dihatiku dan akupun menikahinya"
"Ani." akupun ikut menangis mendengar pernyataan itu.
"Yayas. Janganlah menangis. Ini semua salahku. Aku ingin kita memperbaiki hubungan kita Yas. Aku tak mau lagi kehilanganmu Yas. Aku akan sangat hancur ketika aku jauh darimu Yas. Jangan pernah tinggalkan aku Yas. Aku mohon. Dan cincin itu yang aku pakai ini pasangannya Yas. Cincin ini ingin kuberikan padamu sebagai tanda cintaku. Tapi kejadian itu datang Yas. Dan aku tak pernah membuangnya. Kenapa? Karna aku berharap suatu saat aku bisa memberikan padamu Yas. Dan saat ini aku meminta padamu. Pakailah cincin ini dan menikah denganku Yas."
"Tapi Taigher? Bagaimana dengan Ani. Dia itu istrimu"
"Maafkan aku Yas. Aku tak bisa menjaganya dengan baik. Dia telah tiada Yas. Dia telah meninggalkan kita untuk selamanya. Dia meninggal disaat dia ingin menyatukan kita Yas. Yayas,kamu jangan menangis. Permintaan terakhirnya adalah aku harus mengejar cintaku dan menjaganya dengan baik. Jangan tolak aku Yas. Wujudkan cita-cita Ani."
"Ani." akupun menangis tersedu-sedu mendengar kepergiannya."
Karna aku tak kuat menahan semua ini Taigherpun mengantarkanku untuk pulang. Supaya aku bisa menenangkan diriku dan aku bisa berfikir lebih jernih.  Selama seminggu aku menenangkan diri. Aku memikirkan jawaban dari semua pertanyaanku. Taigherpun mulai khawatir dengan keadaanku. Setiap hari dia menghubungiku dan mencariku. Namun aku menghilang dengan sengaja untuk menghindar darinya. Bukan karna aku tak cinta. Tapi dia telah milik Ani,milik Aight. Dan aku. Aku bukan siapa-siapa. Seminggu tepat akhirnya kuberanikan diriku untuk menemuinya. Aku SMS dia yang intinya aku ingin menemuinya malam ini. Ditempat pertama kita bertemu. Bangku sudut sekolah di kota Hiroshima. Nekat. Pasti orang yang mengetahui ini pasti akan bilang begitu. Tapi selama seminggu ini memang aku telah ada disana. Untuk merenungi dan mengingat apa yang dulu pernah kualami. Perih dan merasa kehilangan.
Malam ini. Kukuatkan hatiku untuk duduk lagi disana. Dibangku itu yang penuh dengan kenangan. Tak lama Taigherpun datang. Ketika dia mau berbicara akupun menghentikannya.
"Biar aku yang berbicara terlebih dahulu. Taigher,masih ingatkah kau,tepat delapan tahun lalu kita bertemu untuk pertama kalinya. Masih ingatkah engkau selama dua tahun kita menghabiskan kebersamaan kita disini. Dan disini juga..."
Dan tik tik tik, rintikan hujanpun ikut menemani kami kembali. Taigher langsung menyaut perkataanku :
"Dan disini juga aku meninggalkanmu karna kecemburuan itu. Dan terakhir kalinya aku melihatmu sebelum kamu pulang ke Indonesia."
"Iya,kenangan itu masih membekas dan takkan pernah hilang. Aku sangat menyayangimu. Aku tak ingin jauh darimu. Seminggu aku menghilang bukan untuk meninggalkanmu. Melainkan aku ingin lebih berfikir jauh dan dewasa. Sekarang aku telah mendapatkan jawaban dari pertanyaanmu. Aku menerimamu. Dan aku ingin menikah denganmu."
"Benarkah?" Tanyanya memastikan
"Iya,aku akan menggantikan Ani sebagai Ibu dari Aight meski itu berat bagi Aight. Tapi aku akan menjaganya lebih dari menjaga diriku sendiri. Aku mencintaimu dan akupun harus mencintai apa yang menjadi tanggung jawabmu" jawabku singkat.
Setelah beberapa jam berbincang. Akhirnya kamipun pulang dan memutuskan ketika aku liburan semester yang kedua kamipun akan mencari restu kedua orangtua kami dan akan segera melangsungkan pernikahan. Dan Taigher sekarang sudah lancar menggunakan Bahasa Indonesia karna dia telah berada di Indonesia selama dua tahun. Jadi aku tak perlu khawatir lagi tak mengerti bahasanya. Satu lagi kebahagian bagiku, Aight bisa menerima aku sebagai Ibu tirinya.
Rintikan hujan dikota ini adalah lambang dari cinta kami. Awal pertemuan dan kebahagian kami berawal dari rintikan hujan ini. Tak selamanya hujan menjadi simbol kesedihan. Bagi kami hujan adalah kebahagian yang mengukir cinta. Aku dan kamu cinta hujan.
Cinta datang bukan karna keinginan kita. Melainkan kehendak dari Tuhan. Bersyukurlah ia yang bisa merasakan cinta. Dan cinta yang tulus. Bukanlah kita yang sanggup memilikinya. Tapi kita yang sanggup menjaga dan menerima apa adanya. Terimalah pasanganmu tanpa kamu meminta yang sempurna. Jodoh tidaklah ada yang sempurna dan cintailah apa yang menjadi miliknya. Maafkanlah kesalahannya, jangan ungkit masa lalunya dan terimalah kekurangannya. Maka kita akan hidup bahagia.



Posted via Blogaway


Share this article :

0 comments: